Suka Duka Seorang Blogger
Apapun profesi atau pekerjaan hendak dipilih, suka duka itu pasti ada. Pun demikian dengan mereka yang memilih menjadi seorang fulltime blogger, pastinya ada juga apa yang namanya suka duka seorang blogger.
verrel.net |
Jadi suka duka itu bukan hanya milik mereka yang lakoni profesi mentereng semisal dokter, dosen, polisi, tentara, atau pilot. Kalau dulu mungkin saya pernah bercerita tentang suka duka seorang human capital maka kini saya akan cerita tentang suka duka seorang blogger.
Tulisan ini saya buat lebih sebagai media katarsis. Satu tempat untuk melepaskan energi negatif tanpa harus merugikan orang lain.
Baca juga: Kesalahan Fatal dalam Karir
Karena Waktu Tak Bisa Diputar Kembali
Salah satu alasan kenapa saya memiliki keberanian untuk menjadi seorang fulltime blogger karena alasan diatas. Karena waktu tak bisa diputar kembali, di mana saya tidak ingin terjebak dengan stigma.
Bekerja itu tidak harus di kantor dan bekerja itu tidak harus miliki jam teratur. Maklum saja jiwa ini begitu meronta-ronta kenapa harus dikerjakan di tempat khusus, padahal pekerjaan itu bisa dilakukan di mana saja.
Mereka yang bekerja cenderung membarter waktu dengan sejumlah uang tentu akan sangat suka bila miliki jam khusus. Biasanya jam kerja itu dari Senin - Jumat, dari pagi hingga sore.
Namun faktanya, di luar jam tersebut untuk beberapa posisi strategis bisa bekerja hingga pukul 10 malam. Tak jarang juga mereka bekerja hingga tengah malam.
Artinya apa yang ingin saya katakan, “seolah bekerja normal tapi tetap saja di luar kantor pun tetap memeras otak.”
Baca juga: Alih Profesi dan Menjadi Fulltime Blogger
Saatnya Dipermudah, Bekerja itu Sesuatu yang Menyenangkan
Kita mungkin harus sepakat, pekerjaan yang bisa langgeng atau bertahan cukup lama adalah satu pekerjaan yang menyenangkan. Pun demikian menjadi part of human capital, itu adalah salah satu pekerjaan paling menyenangkan (versi saya).
Tapi ternyata ada satu lagi pekerjaan yang lebih menyenangkan. Apalagi bila bukan menjadi seorang fulltime blogger.
Meski demikian tetap saja ada yang namanya suka duka seorang blogger. Jadi jangan harap akan sepenuhnya menyenangkan dan tinggal bagaimana sudut pandang kita.
Saya katakan menyenangkan karena profesi ini bisa saya lokoni kapan saja. Bila saya ingin bekerja maka tinggal buka laptop, buka smartphone atau buka buku tulis.
Tidak kenal waktu dan tempat untuk tetap produktif. Bahkan dalam satu kondisi sedang ingin pun masih bisa bekerja sambil buang hajat.
Sebaliknya, saya bisa ambil waktu istirahat kapanpun tanpa harus izin kepada atasan. Paling penting to do list dalam beberapa hari ke depan terselesaikan. Jangan sampai kemudian tidak tuntas karena akan mengganggu pikiran.
Menjadi seorang blogger juga memaksakan untuk terus belajar dan ingin tahu banyak hal. Beda kiranya bila masih menjadi karyawan dimana kita hanya dituntut untuk selesaikan pekerjaan yang ada.
Baca juga: 8 Jenis Pengangguran yang Sering Ditemui
Suka Duka Seorang Blogger, Versi Saya
Satu yang sedikit terlambat, bisa jadi saya terlambat untuk belajar berdamai dengan diri sendiri. Dalam artian dalam menjalani profesi ini tidak lagi bisa berharap ke yang lain.
Bila dulu pasti ada yang namanya gaji dan benefit lainnya. Tapi kini tidak lagi karena semua telah diputus seiring telah berakhirnya hubungan kerja.
Selanjutnya harus bisa berhitung, dalam satu bulan kebutuhan secara finansial ada berapa. Setelah terjawab maka harus menentukan sumber pendapatan itu dari mana saja.
Saya boleh saja merasa kelaparan. Tapi anak dan istri tentu tidak terima karena mereka terbiasa cukup dan ada.
Hal yang paling saya suka ketika menjadi seorang blogger tentu adanya kesempatan untuk terus membaca dan belajar. Tanpa hal itu bisa dipastikan artikel dibuat akan dangkal dan minim literasi.
Lain hal bila blogger senantiasa upgrade diri, yang ada tentu akan kaya sentuhan. Sudut pandang dipilih bila jeli bisa jadi tidak terlintas oleh yang lain
Selain itu adanya kesempatan untuk melihat lebih dekat dan ketemu dengan orang-orang hebat. Layaknya seorang reporter, naluri untuk menggali informasi lebih dalam tentu harus diasah dan tidak bisa seketika muncul.
Yang tak kalah menarik tentu saja adanya kesempatan untuk mengikuti sebuah event. Baik itu skala kecil maupun nasional bisa diikuti. Tanpa jadi blogger bisa jadi kesempatan itu akan tertutup karena tidak miliki akses ke dalamnya.
Sementara itu berbicara tentang duka seorang blogger tentu lebih pada ketidakpastian penghasilan. Di mana dalam satu waktu bisa jadi akan ada hasil yang cukup baik dan sebaliknya di lain waktu akan kurang.
Perlu manajemen keuangan yang lebih baik bila tidak ingin kena semprot istri. Harus pula mengajarkan apa yang kita raih bulan ini belum tentu saja dengan bulan depan. Bisa naik dan bisa turun tapi dengan kontrol yang tepat setidaknya akan lebih aman.
Posting Komentar untuk "Suka Duka Seorang Blogger"